Tahukah Kamu? Sinar keemasan di sore itu.

/
0 Comments



01:12 ---- Jumat, 19 Juni 2015

Bukan angin, tapi kau mampu menyejukkan hati ku.
Bukan api, tapi kau mampu menghangatkan jiwa ku.
Bukan mentari, tapi kau mampu menerangi hari ku.
Dan bukan bulan, tapi kau ada disetiap malam ku.



Tahukah kamu, dulu sebelum kamu, telah kutemukan seorang kekasih. Dulu, jauh sebelum ku kenal diri mu. 

Tahukah kamu, dia merupakan terindah dari remaja lain diantara nya. Ya, dia memang indah, seindah bintang yg berkedip di malam kelabu dan aku termasuk salah satu pemuja beruntung yg sempat memiliki kedip indah itu.

Tahukah kamu, bintang itu tak selamanya berkedip indah. Selimut awan telah menghilangkan nya dari pandangan ku.

Tahukah kamu, setelah dia, masih kutemukan keindahan yg lain. Keindahan gadis pemalu yg takut akan ku tahu perasaannya.

Sikap nya memang lugu, air mukanya memang teduh, tapi keteduhan itu tak dapat menyejukkan hatiku. Dia tak bisa menjadi naungan panjangku. 

Tahukah kamu, setelah mereka, masih kutemukan keindahan yg lain.

Kala itu aku ragu, tak sanggup rasaku mendekati sosok sempurna itu. Dia pemilik segalanya, dia muara tempat para perindu sepertiku berlabuh.
Parasnya, keanggunannya, serta segala yg dimiliki nya menjadikan nya sebagai dambaan para perindu sepertiku.

Dia benar-benar pantas dirindukan.

Dan tahukah kamu, tak pernah terbesik di fikiran ku, ternyata aku lah si perindu beruntung yg mampu membuat bibir mungil itu menyematkan keindahan nya.

Kau tahu, dia memang sempurna. Ternyata kesempurnaan nya membuatku sadar betapa tak selaras nya aku yg biasa ini harus berada disisi nya, dia terlalu sempurna untukku.

Kau tahu, banyak pasang bibir yg mendecakkan gunjing kepada ku, kepada nya. “mereka tak pantas, mereka tak selaras..” dan kata-kata itu telah menyayat tipis di dalam batinku.

Akhirnya dengan berat kulepaskan tambatan itu, meski tak pernah terniat sedikit pun untuk melepaskan nya.

Ah, aku telah mengecewakan sosok sempurna itu.

Ku lupakan semua itu, kulupakan. Hingga lupa. Ya, aku telah melupakan nya, walau kini bayang mereka masih samar-samar terlukis dibenak ku.


Tahukah kamu, saat itu hatiku kosong, tak ada satupun keindahan yg menghampiri jiwaku. Sampai jiwa usangku perlahan bosan dengan kesendirian itu. 

Entah itu takdir tuhan, moment itu telah mempertemukan kau dan aku.

Ah,  itu bukanlah takdir, mungkin hanya kebetulan yg bisa terjadi kapan saja.
Kulihat kau tengah kesulitan dengan dasi mu.
 
Tahukah kamu, sebenarnya aku malu, entah daya dari magnet mana yg mendorongku hingga beranjak untuk menghampiri mu.

Ku hampiri dan berusaha menyapa mu, walau dengan detak keras di dalam dadaku, kuberanikan untuk mengutarakan niat ku.
Ya, kubantu kau menyelesaikan masalah mu.

Sepele. Ya, sepele memang.

Tahukah kamu, bahwa sepele itu telah berhasil menghidupkan jiwaku, oleh sepele itu pula kehangatan yg telah lama redup itu  menyala kembali.

Dan tahukah kamu? Hingga kini kehangatan itu masih menyisa.
Ya, walau sekedar mengasap akibat bekas bara masalalu yg mulai memadam.

Tahukah kamu, sepele itu telah mendekatkan kita hingga sapa berbalas sapa mulai terucap.

Tahukah kamu, sepele itu perlahan telah menghapuskan jarak antara kau dan aku. Ya, sepele itu telah melahirkan kebiasaan baru dalam hidup ku. 

Terbiasa bersama mu.

Tahukah kamu, saat tawa meledak dari rongga mu dan rongga ku, dari sana kebiasaan-kebiasaan baru mulai tumbuh.
Mengakar, hingga kita terbiasa bersama. Menjadikan lucu dunia, menggilakan hal wajar yg ada, hingga tak jarang kita dianggap aneh oleh mereka.

Ah, tak pernah kita pedulikan itu.

Tahukah kamu, saat kau dekap dingin kaku tubuhku dibawah hujan kala malam itu. Segenap sarafku bergetar hebat, segenap darah mengalir deras hingga mengalahkan derasnya guyuran hujan yg diturunkan oleh sang Penguasa Semesta itu.

Terdengar berlebihan memang, entah itu karena kali pertama tubuh ini di dekap oleh seorang gadis seperti mu atau entah memang karena kau benar-benar mentari yg mampu menghangatkan ku. 

Ah, kau memang mentari penghangat ruang jiwa ku kala itu. Ya, kala itu.

 ***

Tahukah kamu, hingga kini masih terlukis jelas dibenak ku sinar berwarna keemasan dari bias mentari yg menembus ranting pinus di sepanjang pantai itu. 

Silau sinarnya seolah membakar keberanianku untuk mengeluarka kalimat bodoh itu.

Ya, kalimat bodoh itu.

Kau pasti tahu, kalimat bodoh itu telah menambatkan hatimu dan hatiku. Dan dengan anggukan malu-malu kau balas cinta ku.

Tawa selalu menjadi teman kala kuingat kejadian disore itu, tentu saja karena kalimat bodoh itu.

Ah, lupakan. Lupakan..

Tahukah kamu, saat kita memutuskan untuk tidak lagi bersama, saat itu juga hari-hari yg kulalui menjadi tak biasa.

Bagaimana tidak, kita yg biasa habiskan waktu bersama, harus terpisah walau terkadang saling memperhatikan dari kejauhan atau sesekali bertemu pandang saat berpapasan.

Bagaimana tidak, ledak tawa yg biasa terlontar kini bisu sekalipun kita saling berdekatan.

Dan tahukah kamu, saat kita telah memutuskan untuk berpisah, aku telah menemukan beberapa keindahan dari para pemilik keindahan-keindahan yg lain.

Ya, kutemukan mereka. Satu persatu datang dan pergi dengan meninggalkan status, status sebagai bekas kekasih ku. 

Begitupun dengan mu, kulihat engkau dengan kebahagiaan baru mu.

Hingga akhirnya kelulusan benar-benar memisahkan kau dan aku..

Jarak telah mencampakkan ku ke Kota Pelajar ini, begitupun dengan kamu, kau telah temukan kembali cinta lama mu. Aku tak tahu ada berapa cinta yg telah kau temukan di sana.

Aku pun begitu, kutemukan keindahan-keindahan lain disini, kutemukan kertas baru yg siap menjadi wadah dari setiap goresan catatan masadepan ku.

Saat itu kau telah memilih cinta mu, kau telah temukan kembali cintamu. Kalian telah putuskan untuk mengikat mati hubungan yg indah itu, dengan menyempurnakan ibadah kepada tuhan melalui sebuah ikatan suci.

Tahukah kamu, saat itu senyum getir tak jarang terlontar dari bibirku. Kurasa kau telah sempurna, kurasa dia telah menyempurnakan hari mu.

Ku yakin memang begitu, karena dia memang mampu.

Karena dia telah memilih mu, dia juga pasti mampu menyempurnakan mu.

***

Ku tahu  ini tak pantas, kutahu ini terlalu berlebihan. Ya, ini memang berlebihan. Mungkin kau sampai geli dengan tulisan ku ini.

Tapi, tahukah kamu saat malam ketika mata ini tak mau terpejam, kenangan itu seolah menarik hati ku untuk menguasai fikiran dan menuntun jemariku untuk menjentik satu persatu tombol keyboard pada mesin usang ini.

Kala itu, hati ini memaksa otak untuk mengorek tumpukan kisah masalalu. Walau telah usang, telah ku temukan selembar kenangan bersamamu. Hingga jemari menjentik huruf demi huruf dan membentuk kisah singkat ini.

Kutahu ini menggelikan, tapi.. Ah, ini memang menggelikan.

Bukan maksud ku mengingatkan mu akan masalalu, bukan juga bermaksud menyakiti hati atau menyinggung mu.

Aku hanya ingin mengabadikan kehangatan yg dulu pernah kau berikan pada ku, di larut malam saat hujan turun dan disore kala sinar keemasan memancar dan menembus ranting pinus.

Aku bahagia karena tuhan telah mempertemukan kau dan aku.
Aku bangga karena telah sempat memiliki mentari seperti mu. Walaupun sesaat.

Kau yg telah memilih cinta mu, bahagialah dengan yg kau anggap cinta mu itu.
Sampai indra mu tak berfungsi lagi, sampai kata tak mampu kau ucap lagi dan sampai usiamu terhitung jari.

Tetaplah terus bersama nya, cinta mu.

Hingga tuhan mempertemukan kalian kembali di kebahagian yg hakiki, kebahagiaan abadi (Surga).  Amin.

Harapan ku: Dimana pun diri mu, bagaimana pun keadaan mu, berapa lama pun waktu yg kau miliki untuk berpijak di bumi ini, tetaplah dengan sinar mu, tetaplah dengan kehangatan mu. Mentari senja ku.

Sinar keemasan disore itu..
 
05:08 ---- Jumat, 19 Juni 2015


baca juga:
---------------- Catetan Cinta Friendzone #1



You may also like

Tidak ada komentar:

POSTINGAN MENARIK LAINNYA

EDY SUTERA JAYA. Diberdayakan oleh Blogger.